Bersekutu Berakhir Jadi Tahanan di Pulau Edam Kepulauan Seribu

Pulau Edam Kepulauan Seribu memiliki kejadian bersejarah yang mengisahkan kisah yang pernah terjadi pada masa lalu. Salah satunya merupakan kisah seorang ratu semasa menjadi penguasa Banten hingga berakhir dijadikan tahanan.

Ratu itu bernama Syarifah Fatimah yang mempunyai keinginan besar dalam memperoleh kuasanya. Ia merupakan seorang istri dari Sultan Zainal Arifin yang menjadi pemimpin Kesultanan Banten, sekitar tahun 1733-1748.

Tekad dan keinginan kuat Syarifah Fatimah membuat dirinya menjalin kerja sama dengan VOC demi memperoleh tujuannya. Konflik untuk Sultan Zainal Arifin dan Pangeran Gusti sebagai putranya itu, segera direncanakan olehnya.

Bersekutu dengan VOC Demi Memperoleh Kekuasaan

Pulau Edam Kepulauan SeribuSejarah Pulau Edam Kepulauan Seribu tak cukup disitu, masih adanya informasi lebih lanjut terkait dengan perolehan kekuasaan Ratu tersebut. Karena pandangan ini juga dijelaskan dalam Sejarah Indonesia Modern.

Di mana pada waktu itu menurut MC Ricklefs, Kesultanan Zainul Arifin menunjukkan tanda-tanda jika jiwanya terganggu. Terlebih lagi Ratu Syarifah Fatimah telah bersekutu dengan VOC membuat Sultan Zainul ditangkap oleh VOC.

Aksi penangkapan VOC usai memperoleh persetujuan dari ratu untuk menangkap dan membuang suaminya tersebut ke Ambon. Setelah ia bersekutu dengan penjajah, maka Syariah Fatiman mendapat persetujuan menjadi “Wali Sultan”.

Hal tersebut mendapat penolakan oleh warga Banten yang menentang keras, khususnya kalangan elite. Jika posisi kepemimpinan digantikan oleh perempuan itu, dikarenakan penindasan keji dilakukan olehnya.

Bersekutu Berujung Penahanan di Pulau Edam Kepulauan Seribu

Pertentangan semakin meningkat ditandai dengan munculnya pemberontakan besar yang terjadi pada bulan Oktober 1750. Kiai Tapa menjadi pemimpin perlawanan tersebut dengan statusnya sebagai guru agama.

Tentunya kejadian ini membuat wilayah Banten jatuh kepada tangan-tangan orang pemberontak tersebut. Sedangkan, VOC tak mampu lagi mempertahankan seluruh wilayahnya, hanya menguasai dua benteng di dalam kota.

Tidak ingin merasakan derita atas kekalahannya tersebut, kemudian VOC mengambil cara paling strategis dengan melakukan penangkapan pada ratu dan kemenakannya. Hingga akhirnya ratu ditahan di Pulau Edam Kepulauan Seribu.

Usai dijalankannya penangkapan oleh VOC, niat awal organisasi itu ialah akan mengasingkan mereka berdua ke Saparua, Maluku. Belum sempat diasingkan, Ratu Syarifah sudah tiada dan dikuburkan di pulau itu.

baca : Liburan Ke Pulau Semut dan 5 Tips Pentingnya

Perlawanan Dipimpin Tokoh Agama Terkemuka

Kemenakan ratu dijadikan sebagai putra mahkota oehnya ketika tahun 1747, bernama Syarif Abdullah. Semeninggalnya ratu yang pernah di tahan di Pulau Edam Kepulauan Seribu, kemenakannya dibuang oleh VOC menuju Banda.

Tidak merasakan derita, justru kemenakan dari wanita itu memperoleh kemewahan. Kemewahan didapatkan dari VOC telah membiayainya selama 39 tahun. Hal ini dikutip dalam Toko Merah atas tulisan Thomas B. Ataladjar.

VOC terus mengerahkan lebih dari seribu pasukan yang berasal dari Eropa dan rakyat pribumi untuk melawan pasukan pemberontak agar mundur. Namun, dilawan balik oleh pasukan pemberontak.

Perlawanan itu dipimpin oleh terkemuka agama yang Bernama Kiai Tapa. Pemberontakan ini dilakukan lewat befrbagai cara seperti pembakaran, pembunuhan di dataran tinggi Batavia, serta merampok.

Serangan Perlawanan Berujung Pada Perjanjian Gayatri

Sultan Zainal Arifin sebagai keponakan dari Ratu Bagus Buang, ia berhasil menyelamatkan diri. Lalu Ratu Bagus Buang menghilang, sampai pada peluncuran serangan-serangan yang tidak teratur.

Perlawanan yang tidak teratur ini terjadi atas Prakarsa VOC di Selat Sunda. Lokasinya tersebut berdekatan dengan wilayah Bandung, Bogor. Selanjutnya ia menuju bagian timur demi melibatkan diri dalam hal perlawanan.

Bentuk keterlibatan terjadi dalam Perang Suksesi Jawa III yang menjadi peristiwa antara tahun 1746-1757. Perang yang dibantu oleh VOC dalam melakukan penguatan, terjadi antara Paku Buwono II dan III.

Pemberontakan antara Paku Buwono II dan III ini melawan Pangeran Mungkubumi yang diberikan bantuan oleh Mas Said. Perang berakhir dengan disepakatinya perjanjian gayatri yang membagi dua kekuasaan antara Yogyakarta dan Surakarta.

baca : 3 Pulau Kosong di Kepulauan Seribu, Berani menginap?

Ratu Ambisius Tahanan Pulau Edam Kepulauan Seribu Putri Ulama

Dalam buku sejarah disebutkan bahwa Ratu yang ditahan di Pulau Edam Kepulauan Seribu ini merupakan putri dari seorang ulama terkenal. Ulama itu disegani dari kalangan Keraton Surosowan yakni Sayyid Ahmad.

Dijelaskan juga jika ratu ini mempunyai ambisi besar demi bisa menguasai Banten. Ia memiliki pemikiran mengenai ambisinya yang mengatakan bahwa kalau tidak bisa menjadi penguasa selanjutnya, sultan berikutnya ialah anaknya.

Demi melancarkan aksi busuknya tersebut, ia melancarkan rencananya dengan meminta bantuan VOC yang berada di Batavia. Gustaff Williem Van Imhoff selaku Gubernur Jenderal VOC masa itu menerima permintaan darinya.

Sampai berakhir pada puncaknya, keadaan Kesultanan Banten semakin melemah. VOC lebih berkuasa atas hasil bumi di bumi pertiwi. Monopoli perdagangan dilakukan penjajah tersebut dalam menguasai lada, cengkeh, pala, dan lainnya.

Awal Pertemuan Rencanakan Kerja Sama Demi Menjadi Penguasa

Pulau Edam Kepulauan Seribu sebagai lokasi bersejarah atas meninggalnya penguasa wanita keji itu. Lokasi tersebut seolah menjadi saksi bisu atas pengkhianatan yang dilakukan olehnya terhadap suaminya.

Catatan ringkas milik Adolf Heuken tahun 2017 ini terdapat pengenalan kisah yang dialami oleh Syariah Fatimah. Wanita itu menyelenggrakan pertemuan tahun 1749 dengan gubernur hingga jenderal VOC.

Pertemuan dilaksanakan pada salah satu villa, bertempat di Tanjung Timur, wilayah Jakarta. Biasa juga disebut dengan kawasan Condet. Dalam literatur Gunung Munara juga mengisahkan soal pemimpin dari pemberontak.

Kyai Tapa yang menjadi pemimpin dari perlawanan terhadap penjajah, diceritakan dalam literatur Gunung Munara. Salah satu akademisi Jepang juga menulis jika pemimpin pemberontakan tersebut telah mengatur pasukannya dahulu.

Makam Bekas Penguasa Banten Menjadi Lokasi Ziarah dan Pemujaan

Luas pemakaman Ratu Syarifah di Pulau Edam Kepulauan Seribu sekitar 4×6 meter. Menilik catatan sejarahnya, salah satu lokasi pemakaman komples tersebut terdapat makam milik penguasa Banten kala itu.

Ia ternyata memiliki darah keturunan Arab yang berkuasa atas persetujuan Gubernur Banten. Jika dilihat secara seksama, kondisi makam masih dalam keadaan baik sehingga nyaman dijadikan tempat untuk berziarah.

Pulau Edam Kepulauan Seribu berarti juga menjadi lokasi para pelancong menjalankan ziarah. Ketika siang masih terik, komplek makam ini masih bisa dikunjungi, karena tidak adanya lampu penerangan

Oleh karena itu, pengunjung hanya datang ketika siang hari sewaktu matahari masih menyinari bumi. Sementara keadaan sangat gelap sewaktu malam hari menjadikan makam hanya diterangi oleh cahaya rembulan di langit.

baca : 4 Spot Diving Pulau Seribu yang Wajib Anda Kunjungi

Lokasi Peletakkan Makam Dekat dengan Mercusuar Vast Licht

Lokasi makam juga tidak jauh dari bangunan utama yang menjadi ikon dari destinasi sejarah tersebut. Ikon utamanya berupa Mercusuar Vast Licht yang sewaktu dipakai menjadi penanda pemberian arah navigasi kapal.

Sama halnya dengan makam-makam terdahulu, pada umumnya makam ini tak luput dijadikan sebagai lokasi pemujaan. Banyak sesajen telah disiapkan di dekat makam untuk digunakan sebagai bentuk pemujaan.

Meskipun masih menjadi misteri, namun Pulau Edam Kepulauan Seribu menjadi destinasi bersejarah yang bisa mengedukasi anda terkait kehidupan di masa lampau. Sampai bisa menjadi pelajaran hidup bermakna ketika berkunjung.

Berwisata sejarah saat hari libur, membuat anda lebih berwawasan luas. Hal ini tentunya terkait peristiwa sejarah atas penjajahan yang dilakukan di Indonesia. Sehingga dapat memunculkan rasa penasaran usai mendengar peristiwanya.

Berwisata atau belajar sejarah tidak akan membuat anda menyesal dengan mendatangi lokasinya secara langsung. Pulau Edam Kepulauan Seribu menjadi salah satu destinasi bersejarah yang bisa mengedukasi.